A.
Pengertian Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi
itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari
sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan
musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar
bayi mereka sebelum kelahiran. Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)
adalah makna yang seharusnya benarbenar terkonsepsikan secara jelas serta
komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam
penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.
Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur
hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah
banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam
sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar
seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada
dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.… Belajar berarti memfungsikan hidup, orang
yang tidak belajar berarti telah kehilangan hidupnya, paling tidak telah
kehilangan hidupnya sebagai manusia. Karena hidup manusia itu bukan hanya
individu dalam dirinya saja tapi juga interaksi dengan sesamanya, dengan antar
generasi dan kehidupan secara universal.
Dalam Pendidikan atau Belajar terdapat
interaksi antara tantangan (challenge) dari alam luar diri manusia dan balasan
(response) dari daya dalam diri manusia. Dalam belajar juga terjadi interaksi
komunikasi antara manusia dan berlangsungnya kesinambungan antar generasi serta
belajar melestarikan hidup, mengamankan hidup dan menghindari pengrusakan
hidup. Belajar berarti menghargai hidup kita.
Dalam agama sering kita dengar kalimat ”
Belajarlah (tuntutlah ilmu) dari ayunan sampai liang lahat”. Belajar merupakan
tugas semua manusia, tua-muda, besar kecil, kaya-miskin semua mempunyai tugas
tersebut. Kita belajar mengetahui apapun yang ada di dunia ini untuk kemajuan
individu atau universal. Belajar memberi, belajar menerima, belajar bersabar,
belajar menghargai, belajar menghormati dan belajar semua hal. Pendidikan tidaklah selesai setelah
berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah proses masa sekolah, tetapi
merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup. Pendidikan seumur
hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orangdewasa, tetapi mencakup dan
memadukan semua tahap memadukan semua tahap pendidikan (pendidikan anak
usiadini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pend. tinggi).
B.
Konsep
Pendidikan Seumur Hidup
Konsep
pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar
pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi umat islam, jauh sebelum
orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup,
sebagai mana dinyatakan oleh hadits Nabi SAW yang berbunyi
اطلب العلم من المهد الى اللحد
Artinya: tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.
Konsep pendidikan seumur hidup merupakan gagasan yang universal. Konsep pendidikan seumur hidup memandang pendidikan sebagai satu sistem yang menyeluruh yang di dalamya terkandung prinsip-prinisp penggorganisasian untuk pengembangan pendidikan. Terjadinya perubahan yang begitu cepat terhadap kehidupan manusia dan keadaan jaman lebih-lebih dengan timbulnya gejala globalisasi yang seolah-olah sudah tidak mengenal batas ruang, waktu dan tempat ini merupakan tantangan tersendiri bagi manusia. Oleh karena itu untuk bisa bertahan dan menguasai nasib sendiri dalam kehidupan peranan pendidikan atau belajar sepanjang hayat diperlukan oleh setiap orang.
Dalam hal ini belajar sepanjang hayat menjadi alat untuk membangun keseimbangan antara belajar dan bekerja, adaptasi yang terus-menerus untuk sejumlah pekerjaan dan untuk pelaksanaan kewarganegaraan yang aktif.
Berikutnya diungkapkan pula mengenai empat pilar pendidikan sepanjang hayat, yaitu merupakan empat sendi atau sokoguru pengetahuan sebagai landasan berpijaknya pendidikan non formal. Keempat pilar tersebut adalah pertama learning to know yaitu belajar untuk menguasai instrumen-instrumen pengetahuan. Kedua Learning to do (belajar berbuat) yaitu sebuah konsepsi bagaimana kita bisa berbuat dan melakukan atau mempraktekan dari apa yang sudah kita pelajari.Ketiga yaitu Learning to live together (belajar hidup bersama) belajar hidup berasama orang lain yaitu konsepsi bagaimana kita bisa hidup bersama dengan orang laing yang memiliki latar, budaya, sosial, ekonomi dan agama dan keaneka ragaman yang berbeda-beda. Dan pilar yang Keempat adalah learning to be (belajar menjadi seseorang) artinya adalah bahwa pendidikan harus bisa menyumbangkan perkembangan yang seutuhnya kepada setiap orang baik dalam jiwa raga, itelegensia, kepekaan, rasa, estetika tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual. Keempat pilar pendidikan tersebut dijadikan landasan untuk pencapaian tujuan pendidikan sepanjang hayat.
Konsep pendidikan seumur hidup ini erat kaitannya dengan paham tentang waktu berlangsungnya pendidikan. Di dalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Pembahasan tentang konsep pendidikan seumur hidup ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu ditinjau dari dasar teoritis/ religios dan dasar yuridisnya.
1.
Dasar Teoritis/ Religious
Konsep pendidikan seumur hidup ini pada
mulanya dikemukakan oleh filosof dan pendidik Amerika yang sangat terkenal
yaitu John Dewey. Kemudian dipopulerkan oleh Paul Langrend melalui bukunya : An
Introduction to Life Long Education. Menurut John Dewey, pendidikan itu menyatu
dengan hidup. Oleh karena itu pendidikan terus berlangsung sepanjang hidup
sehingga pendidikan itu tidak pernah berakhir. Pendidikan sebagai salah satu
kebutuhan hidup,salah satu fungsi sosial,sebagai bimbingan ,sebagai sarana
pertumbuhan ,yang mempersiapkan danmembukakan serta membentuk disiplin
hidup.transmisi baik dalam bentuk informasi, formal, maupun non formal Hal ini
berarti setiap manusia indonesia diharapkan supaya selalu berkembang sepanjang
hidup, dan dilain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat
menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Menurut para Ahli modern,
Pendidikan adalah mengadakan pengaruh dengan bermacam-macam pengaruh yang di
pilih dengan sengaja untuk menolong anak-anak supaya meningkat kemajuan
jasmani,akhlaknya,sehingga sampai dengan berangsurangsur ketingkat kesempurnaan
yang mungkin di capai ,supaya anak –anak itu berbahagia dalam kehidupan
perseorangan dan kemasyarakatan .Dan semua amal perbuatan yang di kerjakan nya
lebih sempurna dan lebih baik dan berguna untuk masyarakat. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa
dalam pergaulan dengan anak – anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Pendidikan juga berarti lembaga dan usaha pembangunan bangsa dan
watak bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang
komprehensif,yakni pendidikan mental pikir(rasio,intelek),kepribadian manusia
seutuhnya,untuk membina kepribadian demikian jelas memerlukan rentangan waktu
yang relatif panjang bahkan seumur hidup Pendidikan adalah suatu aktivitas
untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur
hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam
kelas,tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal
saja,tetapi mencakup juga yang formal. Secara umum pendidikan dapat di artikan
sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di
dalam masyarakat dan kebudayaan.Dengan demikian,bagaimana pun sederhananya
peradaban suatu masyarakat,di dalamnya pasti terjadi atau berlangsung suatu
proses pendidikan. Oleh karena itu sering dinyatakan pendidikan telah ada
sepanjang paradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
manusia melestarikan hidupnya Bagi manusia pemenuhan kebutuhan jasmani saja
belumlah cukup jika tanpa pemenuhan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani bagi
manusia dalam kehidupannya menjadi sangat penting karena tiada terpenuhinya
kebutuhan rohani itu akan menimbulkan kegelisahan batin. Salah satu untuk
memenuhi kebutuhan rohani adalah agama. Inilah konsep –konsep kunci pendidikan
seumur hidup:
1.
Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri. Sebagaimana suatu konsep, maka
pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk
pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.
2.
Konsep belajar seumur hidup dalam pendidikan seumur hidup berarti pelajar
belajar karena respons terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan
angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
3.
Konsep belajar seumur hidup. Belajar seumur hidup dimaksudkan adalah orangorang
yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup,melihat belajar
baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi peroblema dan terdorong tinggi
sekali untuk belajar di seluruh tingkat usia,dan menerima tantangan dan
perubahan seumur hiudp sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
4.
Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup.Dalam konteks ini,kurikulum
didesain atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup betul-betul telah
menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajar
seumur hidup.
2.
Dasar Yuridis
Konsep pendidikan seumur hidup di
Indonesia mulai dimasyarakatkan melalui kebijakan negara yaitu melalui :
Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP.
NO. IV/MPR/1978 tentang GBHN menetapkan prinsip-prinsip pembangungan nasional,
antara lain : Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (Arah
Pembangunan Jangka Panjang). Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan
dalam keluarga (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,masyarakat dan pemerintah (Bab IV
GBHN Bagian Pendidikan).
C.
Pendidikan
Manusia Seutuhnya
Seperti yanng dijelaskan dalam surat Al anfal
: 24 sebagai berikut :
يحول ّ اللّ ّ سول إذادعاكم لمايحييكم واعلمواأن ّ ولر ّ ها الذين أمنوا أستجيبواللّ ّ يااي ه إليه تخشرون ّ .بين المرء وقلبه وأن
Hai orang- orang yang beriman , penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadanyalah kamu akan dikumpulkan. ( Q.S al Anfal 24)
Secara rasional–filosofis tentang
pendidikan yang sudah berkembang semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem
pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya harus diarahkan kepada dua
dimensi, yakni:
1. Dimensi dialektikal horisontal ,
dan
2. Dimensi ketundukan vertikal.
Pada dimensi pertama pendidikan
hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan yang konkret, yakni
kehidupan manusia dalam hubunganya dengan alam ataupun lingkungan sosialnya.
Dalam dimensi inilah manusia dituntut untuk mampu mengatasi berbagai tantangan
dan kendala dunia konkretnya , melalui pengembangan teknologi dan sains.
Sedangkan dalam dimensi kedua, yakni
ketundukan vertikal, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat untuk
memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alam juga menjadi jembatan untuk
memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam mencapai hubungan yang hakiki
juga abadi dengan sang khalik . Berarti bagaimanapun pesatnya perkembangan
sains dan teknologi ia harus disertai dengan pendidikan hati.
Singkatnya, manusia seutuhnya adalah yang
menjadi rahmatan lilàlamin. Yang mempunyai kemampuan cipta, rasa, kan karsa,
atau manusia yang kognitif, efektif, dan konatif-psikomotorik pada zamanya.
Itulah blue print manusia masa depan yang memiliki zikir, fikir dan amal saleh.
Di samping itu ada beberapa causa pertanyaan yang harus mampu kita menjawabnya,
yang mana dengan causa inilah nantinya kita akan mentransfer ke dalam proses
pendidikan manusia dalam konteks ruang serta waktu. Causa pertanyaan itu adalah
¨ 1. Causa eficiens (bagaimana), 2.Causa formalis (menurut rencana apa), 3.
Causa materialis (dengan apa), dan Causa finalis (untuk apa kita di didik).
Manusia sepenuhnya sebagai satu konsepsi
modern perlu kita analisis menurut pendangan sosio-budaya Indonesia
.Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini
secara mendasar yakni mencakup pengertian sebagai berikut:
1.
Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang. Kepribadian
manusia lahir batin ialah satu kebutuhan yang utuh antara potensipotensi
hereditas (kabawaan) dengan factor-faktor lingkungan (pendidikan, tata nilai
dan antar hubungan). Potensi manusia secara universal mencakup tujuan potensi
jasmaniah, pisik badan dan panca indra yang sehat (normal) , potensi piker
(akal, rasio, intelegensi, intelek) ,potensi rasa (perasaan, emosi) baik
perasaan etis moral maupun perasaan estetis, potensi karsa (kehendak, keinginan,
termasuk prakarsa),potensi cipta (daya cipta, kreaktifitas, khayal dan imajenasi),potensi
karya (kemauan menghasilkan, kerja, amal, sebagai tindak lanjut 1-5),potensi
budi-nurani (kesadaran budi, hati-nurani, yang bersifat superrasional)
ketujuh
potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan yang potensial; artinya dalam
proses berkembang dan tidak.Perkembangan atau aktualitas itu akan menetukan
kualitas pribadi seseorang.
2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai
subyek yang sadar nilai yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan
hidupnya. Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai;
artinya menghayati, meyakini dan mengamalkan system nilai tertentu, baik secara
social (kemasyarakatan dan kenegaraan), maupun secara pribadi (individual)
Manusia bersikap, berfikir, bertindak dan bertingkah laku dipengaruhi oleh
wawasan atau orientasinya terhadap kehidupan dan nilai-nilai yang ada
didalamnya wawasan dimaksud mencakup: Wawasan dunia dan akhirat. Menusia
berkeyakinan bahwa kehidupan didunia akan berakhir dan akan ada kehidupan
diakhirat. Wawasan individualitas dan social, secara keseimbangan. Wawasan
individualitas jasmaniah dan rohaniah; memiliki kesadaran tentang pentingnya
kebutuhan jasmaniah dan rohaniah. Wawasan masa lampau dan masa depan; dengan
mengingat masa lampau bias memberikan kesadaran kesedaran cinta bangsa dan
kemerdekaan serta memiliki motivasi berjuang demi cita-cita nasional.
D.
Tujuan
Pendidikan Seumur Hidup
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur
hidup :
1.
Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya,
yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
2.
Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
E.
Implikasi
Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Implikasi disini diartikan sebagai
akibat lansung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Dengan demikian maksudnya
adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up dari suatu kebijakan
atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Penerapan azas pendidikan seumur hidup
pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung
kemungkinan yang luas. Implikasi pendidika seumur hidup pada program pendidikan
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:
1. Pendidikan
baca tulis fungsional
Program ini tidak saja penting bagi
pendidikan seumur hidup dikarenakan relefansinya yang ada pada Negara-negara
berkembang dengan sebab masih banyaknya penduduk yang buta huruf, mereka lebih
senang menonton TV, mendengarkan Radio, Mengakses internet dari pada membaca.
Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan melek huruf fungsional terhadap
pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh IPTEK terhadap kehidupan
masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh karena
pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh
melalui bahan bacaan utamanya.
2. Pendidikan
vokasional.
Pendidikan vokasional adalah sebagai
program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, ataupun
sebagai pendidikan formal dan non formal, sebab itu program pendidikan yang
bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang
produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting ialah bahwa
pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas
selesai.dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi
serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasiaonal itu
tetap dilaksanakn secara kontinue.
3. Pendidikan
professional.
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup,dalam kiat-kiat profesi telah tercipta Built in Mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi dan sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.
4. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan.
Diakui bahwa diera globalisasi dan
informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi
berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak yang serba menggunakan
mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja
konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinue (lifelong
education).
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari
berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan
pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur
hidup.
5. Pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Disamping tuntutan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang dimana pola pikir
masyarakat. Yang semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun pemimpin
pemerintahan di Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan
dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang
bersifat kontinue dalam koteks ini merupakan konsekuensinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar